Jangka Pendek + Menengah + Panjang = Puzzle Rencana

Ada sejumlah orang yang bertanya pada saya ketika mereka baru mendirikan perusahaan, atau ketika mereka merasakan adanya sesuatu yang tidak beres dengan perusahaannya: manakah yang harus didahulukan? Perencanaan jangka panjang, jangka menengah, atau jangka pendek? Jawaban dari pertanyaan ini sangatlah tergantung dari kondisi kita saat ini. Tapi baiklah akan saya jawab sesederhana mungkin, berdasarkan pengalaman saya maupun pengalaman orang lain dalam mengelola organisasi atau perusahaan.

Apakah Anda tergolong gemar menonton film militer & intelijen? Saya sih suka sekali. Jika jawabannya “ya”, maka Anda pasti pernah menonton film yang mengisahkan tentang Sniper atau penembak jitu jarak jauh. Apapun judul filmnya, intisari yang disampaikan setiap film tersebut adalah sama, yaitu kemahiran Sniper untuk menggunakan senjata laras panjang dan juga senjata laras pendek.

Mereka biasanya diberi pelatihan intensif yang sama baiknya untuk menggunakan kedua macam senapan itu di berbagai kondisi misi nyata. Dalam sebuah misi yang direncanakan dengan baik, seorang Sniper biasanya membawa satu set senjata laras panjang, satu set senjata laras pendek, pisau komando dan sejumlah kelengkapan militer lainnya untuk menunjang keberhasilan misi.

Sniper seringnya ditugaskan seorang diri, paling banyak berdua. Sniper bertugas untuk menyusup ke garis depan musuh dan melumpuhkan sasaran utama sesuai perintah misi. Setelah tugas Sniper selesai, biasanya akan didatangkan pasukan khusus untuk mengamankan lokasi, dan setelahnya baru diturunkan pasukan reguler.

Kebanyakan kalangan awam akan bertanya, jika misi Sniper tersebut adalah untuk melumpuhkan sasaran jarak jauh, mengapa ia masih harus bersusah-susah membawa senjata laras pendek? Bukankah senjata laras panjang juga bisa digunakan untuk melumpuhkan sasaran jarak pendek, sementara senjata laras pendek tidak bisa digunakan untuk melumpuhkan sasaran jarak jauh?

Jawaban singkatnya adalah karena musuh yang berada di jarak dekat pasti bisa menyerang kita dengan lebih cepat. Senapan jarak jauh didesain untuk akurasi sasaran jarak jauh, bukan kecepatan tembak jarak pendek. Senjata laras pendek digunakan untuk menghilangkan ancaman jarak dekat dan jarak menengah dengan lebih cepat & efektif.

Seorang Sniper dituntut untuk menguasai keahlian menembak dengan senapan laras panjang maupun laras pendek dengan sama baiknya, demi keselamatan dirinya & demi keberhasilan misi.

Pisau komando atau pisau tempur wajib dibawa oleh Sniper (seperti halnya semua tentara juga), berfungsi ketika ia harus melumpuhkan musuh jarak pendek secara senyap atau sebagai senjata terakhir ketika senapan laras panjang maupun laras pendeknya telah kehabisan amunisi. Pisau tempur juga sangat penting ketika kita harus membunuh satwa secara senyap, memotong kawat berduri, membuat senjata tradisional dari kayu, dan lain sebagainya.

Juga berbeda misalnya dengan petugas kepolisian yang sedang mengepung tersangka teroris di perkotaan. Senapan yang mereka gunakan bukanlah jenis senapan laras panjang yang digunakan Sniper, melainkan senapan serbu yang efektif untuk penembakan jarak menengah dengan berbagai fungsi pendukung. Untuk Sniper sendiri biasanya cukup ditugaskan satu atau dua orang di sudut yang jauh. Namun para petugas polisi yang berada di garis depan, membawa senapan serbu dan juga senjata laras pendek sebagai cadangan. Bukan senjata laras panjang.

Dapat kita simpulkan di sini bahwa seluruh komponen persenjataan yang dibawa oleh seorang tentara atau polisi, memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda, walaupun memang tujuan akhirnya sama, yaitu sebagai alat pelumpuh atau pelenyapan musuh. Namun kondisi, demografi dan spesifikasi musuh itulah yang kemudian membedakan logistik persenjataan yang harus dibawa, dan harus digunakan pada satu waktu tertentu.

Jika tujuannya sama semua, lantas mengapa semua persenjataan itu harus dibedakan? Jawabannya sederhana: karena musuh harus lenyap secepat mungkin, dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin. Itulah prinsip di dunia militer dan intelijen.


Demikian juga di dalam dunia korporasi. Tugas pendiri & pemimpin perusahaan adalah mirip seorang Sniper yang harus membawa senjata laras panjang, senjata laras pendek, dan pisau tempur sebagai senjata cadangan. Senjata laras panjang mewakili visi perusahaan dalam jangka panjang, senjata laras pendek mewakili misi perusahaan dalam tataran operasional jangka pendek maupun menengah, sedangkan pisau mewakili rencana cadangan yang baru akan difungsikan dalam kondisi tertentu demi keselamatan perusahaan.

Nah masalahnya, sering ada pertanyaan yang diajukan pada saya, yaitu: lebih penting mana, membuat rencana jangka panjang dahulu, atau rencana operasional jangka pendek dahulu?

Setelah saya mengalami banyak hal di dunia pekerjaan, korporasi maupun bisnis skala kecil; akhirnya saya bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan cukup ringkas, yaitu: semuanya kembali ke modal awal perusahaan yang kita kelola.

Dimulai Dengan Keterbatasan Modal
Saya sadar betul bahwa dimana-mana, baik dalam kehidupan nyata, kehidupan pernikahan maupun dunia korporasi; visi atau rencana jangka panjang itu penting. Serius, itu penting.

Namun betapapun penting, ada satu lagi variabel yang harus kita pikirkan dan tidak bisa kita abaikan begitu saja, yaitu: urgensi atau skala prioritas, yang berhubungan dengan aspek permodalan.

Segala sesuatu yang dimulai dengan banyaknya keterbatasan, termasuk keterbatasan jumlah modal usaha, wajib memprioritaskan rencana operasional jangka pendek dan jangka menengah terlebih dahulu. Mengapa demikian?

Karena dengan modal terbatas, sudah pasti kita tidak akan merekrut banyak karyawan. Bahkan mungkin sekitar 3-6 bulan pertama, kita melakukan segalanya secara all by myself dulu. Sehingga dengan demikian akan lebih bijak jika kita terlebih dahulu memprioritaskan rencana operasional jangka pendek hingga menengah dulu.

Dalam jangka pendek, setidaknya kita harus menghemat modal tersebut agar tidak keluar secara sia-sia. Oleh karenanya prioritas utamanya adalah bagaimana caranya agar bisnis yang kita jalankan bisa Break Even Point (BEP) dulu dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya, sebelum modal yang tersedia habis tergerus. BEP adalah sebuah kondisi dimana per bulannya neraca pembukuan perusahaan kita tidak di kondisi minus alias nombok. BEP adalah sebuah kondisi dimana minimal keuntungan yang diperoleh bisa menutupi biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional.

Setelah kondisi BEP ini bisa kita jaga terus-menerus selama satu tahun atau lebih, maka kita bisa sedikit bernafas lega. BEP yang stabil merupakan pertanda awal bahwa fondasi bisnis dan arus kas yang telah kita bangun, telah berada di jalur yang tepat. Mungkin belum sepenuhnya benar atau Best Practice, tapi minimal tepat sesuai dengan kondisi yang kita hadapi saat itu.

Setelah BEP stabil, langkah berikutnya adalah Return of Investment atau ROI. Jumlah biaya (neraca minus) dari sejak kita mendirikan usaha ini, seberapa lamakah bisa ditutupi seluruhnya dari keuntungan bersih perusahaan? Inilah rencana jangka menengah berikutnya, setelah rencana operasional jangka pendek bisa kita jaga stabilitasnya.

Setelah trek menuju ROI bisa lebih jelas kita lihat timeframe-nya, maka kita sudah mulai bisa merekrut karyawan, satu demi satu, dengan perhitungan yang matang. Ketika karyawan mulai banyak, sistem harus semakin solid, bisa jadi produk atau ragam jasa bertambah dan peningkatan sejumlah hal-hal lainnya; barulah visi atau rencana jangka panjang bisa kita pikirkan dan aplikasikan ke seluruh jajaran manajemen.

Jangan terlalu lama atau terlalu terlambat juga memikirkan visi dan rencana jangka panjang perusahaan, betapapun mungkin operasional bulanan dan arus kasnya terlihat positif. Jangan terjebak kedalam rutinitas dan kenyamanan. Terlambat menggariskan visi dan rencana jangka panjang, bisa-bisa bisnis kita dilibas oleh kompetitor yang lebih gesit.

Berangkat dari Kondisi Permodalan yang Ideal
Nah, lalu bagaimana halnya jika kita cukup beruntung untuk mendirikan perusahaan atau bisnis dengan "uang dingin"? Maksudnya uang dingin adalah dana yang telah diikhtiarkan oleh si empunya uang untuk siap hangus jika bisnis atau perusahaannya gagal ditengah jalan. Uang dingin adalah uang yang betapapun hangus, tidak akan mengganggu arus kas atau uang dapur si empunya uang. Dengan demikian bisa saya katakan, mungkin saja modal tersebut telah disediakan oleh keluarga kita? Mungkin oleh partner bisnis yang memang punya uang nganggur? Atau mungkin kita mendapatkan lotere? Bisa saja banyak kemungkinan.

Jika demikian kondisinya, tidak dapat kita pungkiri, kondisi yang kita hadapi bisa memungkinkan kita sedikit bernafas bulan ke bulannya. Kita bisa sepenuhnya fokus pada Best Practice dalam hal operasional, dengan timeframe pencapaian BEP dan ROI yang relatif lebih longgar dan lebih toleran.

Dengan kondisi demikian mungkin saja kita bisa langsung menyewa ruko, atau bahkan mungkin membelinya sehingga bisa terbebas dari biaya sewa tahunan; sembari menikmati kenaikan harga properti. Selain itu kita bisa merekrut karyawan lebih banyak sejak awal, bisa menyewa jasa konsultan yang kita butuhkan, bisa membeli lebih banyak barang dagangan, atau bisa mengambil pekerjaan / proyek yang lebih besar.

Sepintas, dengan modal yang lebih besar berkat uang dingin, tampaknya bisnis atau perusahaan yang kita dirikan bisa lebih kokoh berdiri dan lebih cepat berlari. Pada awalnya bisa jadi begitu. Namun jika "salah jalan", kerusakan yang terjadi bisa jauh lebih fatal ketimbang kondisi dimana kita berjalan dengan modal seadanya.

Sejalan dengan pepatah "besar kapal besar gelombang". Dengan modal yang lebih besar dan lebih longgar, ada kecenderungan kita merasa lebih bebas dalam mengeksekusi operasional harian. Dengan demikian potensi kecerobohan akan lebih besar. Ini sudah lumrah terjadi dan manusiawi.

Oleh karena itu di sisi modal yang kuat, dari sejak pertama kalinya WAJIB meletakkan fondasi perusahaan yang baik, benar dan tepat; Best Practice deh singkatnya. Sudah pasti tim harus sering melakukan meeting demi meeting. Menggariskan visi dan misi perusahaan, merancang rencana operasional jangka panjang, menengah dan pendek; merencanakan proyeksi arus kas dan pendapatan, perencanaan belanja modal, perencanaan rekrutmen, dan segudang pekerjaan awal lainnya.

Mengapa itu semua wajib dilakukan? Selain karena kondisinya memungkinkan (modalnya besar), juga agar semua perencanaan matang tersebut bisa menjaga angka modal agar terhindar dari kebocoran yang tidak perlu. Angka belanja, biaya dan pengeluaran mikro sudah dianggarkan sedemikian rupa sehingga tercipta tertib manajemen.

Sehingga dengan demikian, misalnya sang empunya modal ingin melihat sejauh mana modal yang ditanamkannya berputar atau berbuah, kita bisa memberikan pertanggungjawabannya secara sangat kasat mata. Kalaupun terjadi kegagalan dalam mengembangkan modal tersebut, misalnya bangkrut, sang pengelola modal tersebut bisa memaparkan pertanggungjawaban dengan lebih percaya diri karena apa yang selama ini dilakukan olehnya dan tim, sudah berdasarkan atas azas Best Practice. Bukan karena mismanajemen atau kesalahan gaya kepemimpinan semata.

Apa yang terjadi jika kita melakukan hal-hal yang dilakukan pada perusahaan dengan kondisi modal cukup, bagi perusahaan yang kondisi modalnya pas-pasan? Sudah pasti bisnis atau perusahaan tersebut akan karam sejak awal. Karena memang tidak bisa kita pungkiri, Best Practice Management membutuhkan biaya dan kapital (modal) yang seringkali tidak sedikit.

Kesimpulannya, apakah rencana atau visi-misi jangka panjang itu penting? Penting sekali. Baik bagi mereka yang ada dalam kondisi modal kurang atau modal mencukupi, kedua kondisi tersebut mewajibkan adanya perencanaan & penetapan visi-misi jangka panjang yang baik & terencana.

Namun bedanya adalah dalam pelaksanaannya.

Pada kondisi modal kurang, yang diprioritaskan untuk terus-menerus dilakukan secara ketat adalah operasional harian jangka pendek dahulu, demi tercapainya tujuan jangka menengah yaitu BEP dan ROI. Sistem keuangan yang rapi & disiplin sangat perlu ditanamkan sedari awal perusahaan berdiri. Dari pencatatan keuangan yang rapi kita bisa melihat tren atau kecenderungan bisnis yang kita jalankan. Dari situlah kita bisa mengambil beberapa keputusan penting untuk melangkah.

Sedangkan pada kondisi modal mencukupi, perencanaan jangka panjang, menengah maupun pendek dapat dijalankan berbarengan atau simultan. Selain karena kondisi permodalan memungkinkan untuk merekrut Human Capital yang lebih banyak & lebih berkualitas, juga ada toleransi yang lebih besar untuk biaya operasional bulanan bagi pelaksanaan semua rencana awal secara simultan.

Secara naluriah manusiawi, sudah pasti kita semua berharap bahwa jika kelak kita membangun bisnis atau mendirikan perusahaan, kondisi permodalannya cukup atau besar, sehingga bisa mencapai semua kondisi yang ideal sedari awal. Pemikiran seperti ini lumrah dan wajar saja.

Namun jangan salah. Ketika kita ada di kondisi tersebut, sedikit kecerobohan saja, akibatnya akan lebih fatal ketimbang jika kita menjalankan bisnis secara setahap demi setahap dikarenakan permodalan yang pas-pasan.

Jadi alangkah idealnya jika misalnya kelak kita bisa mendapatkan sumber permodalan yang baik & cukup besar, kita lakukan Best Practice Management dari sejak awal, namun dengan kehati-hatian langkah-langkah manajemen dan operasional yang seperti bisnis kekurangan modal.

Berdasarkan analogi Sniper yang dari awal saya ceritakan, jika kita kekurangan modal usaha, ini ibarat tentara yang hanya dibekali dengan senapan laras pendek & pisau tempur saja. Selain jarak tembaknya terbatas, butuh kemahiran tersendiri agar kita bisa menggunakan senjata genggam tersebut dengan optimal di berbagai misi berbeda.

Sedangkan bagi yang berkecukupan modal, ini ibarat tentara yang diperlengkapi dengan senapan yang lengkap. Ada senapan laras panjang, laras pendek, pisau tempur dan sejumlah persenjataan eksotis lainnya. Sepintas tentara seperti ini terlihat enak, bukan? Senjata lengkap, lebih mudah menang perang. Eitsss, nanti dulu. Ada sisi tidak enaknya juga. Tentara dengan logistik yang sangat lengkap seperti ini, jika gagal dalam menyelesaikan misi, justru lebih memalukan. Di sinilah sisi beratnya memikul tanggungjawab untuk mempertangungjawabkan kondisi yang ideal bagi rencana bisnis kita.

Keseimbangan & Keberimbangan Adalah yang Terpenting
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh seorang pendiri atau pemimpin perusahaan adalah ketika mereka tidak bisa berpikir & bertindak secara seimbang untuk menyelaraskan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang tersebut berdasarkan kondisi permodalan perusahaan tersebut.

Ada seorang pemimpin yang sangat visioner, namun meremehkan detail perencanaan teknis & operasional sehingga perusahaannya karam di tengah jalan. Dia tidak sepenuhnya menyadari bahwa dengan kondisi permodalan yang tidak besar, yang dibutuhkan untuk dilaksanakan pertama kalinya adalah rencana taktis operasional harian, bukan bunga-bunga mimpi visi jangka panjang.

Ada seorang pemimpin yang berangkat dari permodalan yang pas-pasan, dan mengutamakan detail & hal-hal teknis terlalu lama hingga ia melupakan pentingnya visi jangka panjang sebagai penuntun jalannya perusahaan, sehingga tanpa ia sadari selama bertahun-tahun perusahaannya jalan di tempat. Untung sedikit, rugi sesekali; stamina operasional perusahaan habis hanya untuk bertahan hidup agar tidak rugi, bukannya untuk meraih laba secara efektif & efisien.

Ada juga seorang pemimpin perusahaan yang sudah menggariskan visi & misi dengan baik beserta rencana operasional hariannya, namun melupakan pentingnya perencanaan cadangan disaat-saat tersulit perusahaan tersebut. Akhirnya perusahaan karam diterpa persaingan bisnis yang semakin ketat, atau terjadi perubahan regulasi pemerintah yang tidak berpihak pada dunia usaha. Ini ibarat seorang Sniper yang lupa membawa pisau. Jika ia terpaksa tinggal di hutan lebih lama dari rencana sementara persediaan makannnya habis, maka ia harus bertahan hidup dengan menyantap binatang atau tumbuhan. Terbayangkah Anda menguliti binatang atau menebas pohon tanpa pisau?

Tugas terpenting dari seorang pemimpin perusahaan adalah menjaga keseimbangan dan keberimbangan pada seluruh aspek yang menopang jalannya perusahaan. Menjaga visi jangka panjang, menjaga misi jangka pendek & jangka menengah, dan menjaga semua rencana cadangan; semuanya harus berfungsi dengan baik sesuai dengan peruntukkan & waktu pelaksanaannya.

Dan juga kondisi permodalan awal maupun kondisi permodalan berjalannya...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Jangka Pendek + Menengah + Panjang = Puzzle Rencana"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel