Why Blogging? Why Journalism?
Dalam benak kebanyakan orang, istilah "jurnalistik" dan "jurnalisme" masih terlalu sering diidentikkan dengan sebuah bidang atau sebuah profesi. Di satu sisi, tentu ada benarnya. Tapi di sisi lainnya, berkembang anggapan bahwa jurnalisme merupakan sebuah bidang kehidupan atau pekerjaan yang terpisah dari keseharian masyarakat.
Saya pikir ini adalah satu sisi kegagalan sistem pendidikan kita yang membuat jurnalisme seolah terpisah dari keseharian masyarakat. Jurnalisme dilihat sebagai hanya bisa dan pantas dipelajari oleh mereka yang memang berprofesi di bidang tersebut.
Berlawanan dengan hal itu, saya selalu menekankan pentingnya mengintegrasikan jurnalisme kedalam banyak bidang kehidupan yang kita jalani sehari-harinya, bahkan kepada anak-anak saya. Syukurlah, istri saya senang membaca & menulis juga seperti saya. Tapi kepada anak-anak saya, saya selalu mengatakan betapa pentingnya kita memiliki keahlian jurnalistik & tata-bahasa yang baik. Banyak sekali bidang kehidupan yang bisa kita jalani dengan lebih baik, jika ada jurnalisme yang terintegrasi di dalamnya.
Contohnya saja, saya sendiri. Berkat kemampuan jurnalistik saya, saya pernah dan bisa mengemban posisi pekerjaan hingga Asisten Presiden Direktur di sebuah perusahaan. Lazimnya jabatan ini diisi oleh perempuan yang fasih melakukan tugas-tugas kesekretariatan. Tapi ketika saya dipercaya untuk duduk di jabatan tersebut, penyesuaian diri yang harus saya lakukan menjadi tidak terlalu sulit, berkat jurnalisme. Saya paham bagaimana cara membuat surat-surat resmi, dengan akurasi tata-bahasa (diksi) tingkat tinggi. Saya pun paham aspek psikologis yang berbeda dari setiap pilihan kata atau kalimat. Dan masih banyak lagi...
Demikian pun ketika saya harus membuat proposal yang harus diajukan ke calon investor proyek, atau ketika harus membuat materi presentasi berkualitas tinggi yang menarik & tidak membosankan pemirsanya. Semua bisa saya lakukan dengan baik, berkat jurnalisme. Semuanya saya lakukan secara otodidak. Saya bisa, Anda pun pasti bisa.
Oleh sebab itu saya selalu mendorong banyak kawan saya untuk mulai belajar menulis, yang tentunya didahului oleh proses belajar membaca berbagai referensi dengan baik & benar. Statistiknya, dari 100 orang yang saya dorong, hanya satu-dua yang benar-benar berminat dan menjalankan apa yang saya latihkan atas mereka. Mereka pun telah merasakan manfaat besarnya di pekerjaan mereka maupun kehidupan pribadi mereka.
Tentunya statistik ini saya sayangkan, karena memahami jurnalisme itu menyenangkan; bukan seperti kita belajar kalkulus, trigonometri atau kimia farmasi, ha ha ha...
Memang benar, seiring dengan pertumbuhan Internet dan Social Media, berkembanglah tren Citizen Journalism. Tapi jujur saja, saya belum melihat perkembangan kualitas yang signifikan dari apa yang dikerjakan banyak orang di Citizen Journalism. Masih ada jurang perbedaan kualitas karya tulis dari para jurnalis sejati (yang memang pernah mengecap pendidikan jurnalisme atau pernah berkarya di media), dengan para kalangan awam yang mencoba memasuki dunia jurnalistik secara paruh-waktu atau sebagai hobi iseng-iseng semata.
Jadi buat saya, saya lebih berbahagia membimbing satu orang saja, tapi kelak orang tersebut bisa mengecap & mengeksploitasi ilmu jurnalistik yang telah ia dapatkan, demi sebaik-baiknya perkembangan dirinya di masa depan. Melalui blog ini, saya ingin menularkan semangat tak berkesudahan kepada semua orang, untuk mengintegrasikan jurnalisme kedalam kehidupan sehari-hari yang mereka jalani.
Jurnalisme membantu & melatih kita semua untuk paham waktunya kapan berpikir deduktif atau berpikir induktif. Membiasakan cara berpikir, bertutur-kata dan menyusun teks secara terencana, sistematis dan mudah dipahami oleh banyak orang. Dengan kemampuan mendasar seperti itu, saya telah melihat begitu banyak masalah & potensi kesalahpahaman yang bisa ditekan bahkan dihilangkan. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik & penuh kedamaian, dengan semakin banyaknya orang-orang yang mampu berpikir sistematis dalam membentuk, mengutarakan dan menuangkan buah-buah pikirannya.
Saya percaya, satu orang bisa membuat perbedaan. One man can make a difference. Langkah yang saya ambil melalui blog ini mungkin saja tidak besar. Tapi ketika ada satu orang saja yang memutuskan untuk melakukan perbedaan dalam hidupnya karena apa yang saya semangati baginya, buat saya itu sudah lebih dari cukup. Mungkinkah Anda salah satunya?
Saya pikir ini adalah satu sisi kegagalan sistem pendidikan kita yang membuat jurnalisme seolah terpisah dari keseharian masyarakat. Jurnalisme dilihat sebagai hanya bisa dan pantas dipelajari oleh mereka yang memang berprofesi di bidang tersebut.
Berlawanan dengan hal itu, saya selalu menekankan pentingnya mengintegrasikan jurnalisme kedalam banyak bidang kehidupan yang kita jalani sehari-harinya, bahkan kepada anak-anak saya. Syukurlah, istri saya senang membaca & menulis juga seperti saya. Tapi kepada anak-anak saya, saya selalu mengatakan betapa pentingnya kita memiliki keahlian jurnalistik & tata-bahasa yang baik. Banyak sekali bidang kehidupan yang bisa kita jalani dengan lebih baik, jika ada jurnalisme yang terintegrasi di dalamnya.
Contohnya saja, saya sendiri. Berkat kemampuan jurnalistik saya, saya pernah dan bisa mengemban posisi pekerjaan hingga Asisten Presiden Direktur di sebuah perusahaan. Lazimnya jabatan ini diisi oleh perempuan yang fasih melakukan tugas-tugas kesekretariatan. Tapi ketika saya dipercaya untuk duduk di jabatan tersebut, penyesuaian diri yang harus saya lakukan menjadi tidak terlalu sulit, berkat jurnalisme. Saya paham bagaimana cara membuat surat-surat resmi, dengan akurasi tata-bahasa (diksi) tingkat tinggi. Saya pun paham aspek psikologis yang berbeda dari setiap pilihan kata atau kalimat. Dan masih banyak lagi...
Demikian pun ketika saya harus membuat proposal yang harus diajukan ke calon investor proyek, atau ketika harus membuat materi presentasi berkualitas tinggi yang menarik & tidak membosankan pemirsanya. Semua bisa saya lakukan dengan baik, berkat jurnalisme. Semuanya saya lakukan secara otodidak. Saya bisa, Anda pun pasti bisa.
Oleh sebab itu saya selalu mendorong banyak kawan saya untuk mulai belajar menulis, yang tentunya didahului oleh proses belajar membaca berbagai referensi dengan baik & benar. Statistiknya, dari 100 orang yang saya dorong, hanya satu-dua yang benar-benar berminat dan menjalankan apa yang saya latihkan atas mereka. Mereka pun telah merasakan manfaat besarnya di pekerjaan mereka maupun kehidupan pribadi mereka.
Tentunya statistik ini saya sayangkan, karena memahami jurnalisme itu menyenangkan; bukan seperti kita belajar kalkulus, trigonometri atau kimia farmasi, ha ha ha...
Memang benar, seiring dengan pertumbuhan Internet dan Social Media, berkembanglah tren Citizen Journalism. Tapi jujur saja, saya belum melihat perkembangan kualitas yang signifikan dari apa yang dikerjakan banyak orang di Citizen Journalism. Masih ada jurang perbedaan kualitas karya tulis dari para jurnalis sejati (yang memang pernah mengecap pendidikan jurnalisme atau pernah berkarya di media), dengan para kalangan awam yang mencoba memasuki dunia jurnalistik secara paruh-waktu atau sebagai hobi iseng-iseng semata.
Jadi buat saya, saya lebih berbahagia membimbing satu orang saja, tapi kelak orang tersebut bisa mengecap & mengeksploitasi ilmu jurnalistik yang telah ia dapatkan, demi sebaik-baiknya perkembangan dirinya di masa depan. Melalui blog ini, saya ingin menularkan semangat tak berkesudahan kepada semua orang, untuk mengintegrasikan jurnalisme kedalam kehidupan sehari-hari yang mereka jalani.
Jurnalisme membantu & melatih kita semua untuk paham waktunya kapan berpikir deduktif atau berpikir induktif. Membiasakan cara berpikir, bertutur-kata dan menyusun teks secara terencana, sistematis dan mudah dipahami oleh banyak orang. Dengan kemampuan mendasar seperti itu, saya telah melihat begitu banyak masalah & potensi kesalahpahaman yang bisa ditekan bahkan dihilangkan. Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik & penuh kedamaian, dengan semakin banyaknya orang-orang yang mampu berpikir sistematis dalam membentuk, mengutarakan dan menuangkan buah-buah pikirannya.
Saya percaya, satu orang bisa membuat perbedaan. One man can make a difference. Langkah yang saya ambil melalui blog ini mungkin saja tidak besar. Tapi ketika ada satu orang saja yang memutuskan untuk melakukan perbedaan dalam hidupnya karena apa yang saya semangati baginya, buat saya itu sudah lebih dari cukup. Mungkinkah Anda salah satunya?