Otomatisasi yang Semakin tak Terelakkan
Sunday, October 2, 2016
Add Comment
Kehidupan manusia bergerak semakin cepat. Di masa depan, manusia dituntut untuk dapat melakukan segalanya dengan lebih cepat, efektif, efisien, akurat; dan jika memungkinkan, bisa berjalan terus-menerus tanpa henti. Tak pelak, teknologi otomatisasi mengemuka sebagai solusi, bersamaan dengan semakin kuatnya kesadaran global akan berbagai manfaat yang dijanjikan oleh Internet of Things (IoT).
Beberapa tahun lalu, teknologi otomatisasi digambarkan sebagai teknologi yang benar-benar terpisah dari manusia sebagai pengendalinya. Namun seiring dengan kemajuan teknologi neurosains, robotik dan pemrograman Artificial Intelligence (AI); jarak antara manusia dengan teknologi otomatisasi semakin dekat, dengan format interaksi yang semakin halus & manusiawi. Teknologi otomatisasi semakin bisa menyesuaikan diri dengan karakter & kebutuhan manusia.
Saya pernah menonton Discovery Channel dan mendapati bahwa para ilmuwan di negara maju sudah bisa menciptakan robot kuda, robot ular, robot anjing dan robot-robot lainnya; dengan gerakan yang sudah sangat mendekati makhluk aslinya. Terutama ular, kita semua tahu bahwa ular termasuk hewan yang ajaib. Tidak memiliki kaki, tapi bisa berjalan cepat di tanah, bahkan bisa memanjat pohon. Ciptaan-ciptaan para ilmuwan tersebut tinggal dipoles dengan penampilan yang rupawan, maka jadilah robot yang sempurna. Dari mulai robot anjing yang dapat digunakan untuk menemani manusia, hingga robot ular yang banyak digunakan di kalangan militer.
Harga yang harus dibayar konsumen untuk menikmati teknologi otomatisasi pun semakin hari semakin murah, menjadi jauh lebih murah daripada memanfaatkan tenaga manusia. Kini semakin sedikit alasan manusia untuk tidak memanfaatkan kebaikan teknologi otomatisasi di sektor-sektor pekerjaan tertentu yang tingkat repetisinya tinggi, dan tidak membutuhkan kreativitas atau improvisasi yang tinggi.
Baiklah, mari kita akui. Melekat bersamaan dengan kedigdayaan manusia dengan akal budinya, adalah kelemahan inheren manusia itu sendiri. Manusia jelas butuh istirahat, bisa lelah, bisa ceroboh. Semakin tua umurnya maka semakin mahal biayanya dan berkurang pula efektivitasnya maupun efisiensinya. Bahkan ketika misalnya sedang sedih atau patah hati, manusia bisa membuat keputusan yang teramat salah, bahkan fatal akibatnya.
Di ranah kekurangan manusia itulah, teknologi otomatisasi dan Internet of Things memainkan peran pentingnya.
Silakan Anda cari artikel-artikel yang memuat mengenai keberhasilan sebuah produsen truk yang memprakarsai perjalanan lintas-negara oleh beberapa truk yang beriringan tanpa pengemudi sama sekali, untuk melintasi beberapa negara bagian di Eropa. Ujicoba tersebut sukses sempurna tanpa cacat, tanpa tabrakan sama sekali. Dan yang terpenting, tanpa sopir sama sekali.
Sementara sudah terlalu banyak berita yang mewartakan kecelekaaan fatal yang diakibatkan oleh pengemudi ngantuk; atau pengemudi yang salah memperkirakan kemampuan kendaraannya dalam melahap tikungan tajam.
Cukup dari perbandingan dua artikel itu saja dapat terlihat bahwa manusia dengan segala kelebihan DAN kekurangannya, justru membutuhkan teknologi otomatisasi dan Internet of Things demi mengatasi atau melengkapi kelemahannya.
Adagium bahwa manusia adalah sempurna dan selalu superior diatas teknologi, tentu harus dikaji-ulang di era modern ini. Banyaknya korban jiwa akibat kelalaian manusia (human error), semakin memunculkan pentingnya aplikasi teknologi otomatisasi di banyak bidang yang menuntut akurasi tinggi & konsistensi tanpa henti.
Pada contoh kasus percobaan truk tanpa sopir di Eropa, terlihat jelas bahwa aplikasi & akurasi teknologi otomatisasi semakin sempurna dan dapat diandalkan. Tidak ada lagi alasan dimana akan terjadi kegagalan mesin / sistem. Tentu saja tetap dibutuhkan kehadiran manusia untuk memonitor kinerja teknologi tersebut. Namun jumlah manusia yang dibutuhkan semakin berkurang secara signifikan. Sebagai contoh perhitungannya: untuk 7 bis konvensional semestinya dibutuhkan 7 orang sopir dan 7 orang sopir cadangan. Namun dengan teknologi otomatisasi, cukup dibutuhkan 1 orang pengawas dari jauh lewat satelit dan protokol Internet of Things, untuk mengawasi 7 truk tanpa sopir tersebut selama perjalanannya.
Bahkan bukanlah hal mustahil jika di masa depan, tidak dibutuhkan manusia samasekali untuk mengawasi kinerja teknologi ini. Bisa saja suatu saat di masa depan, kita bisa mengirim 12 truk berjalan bersamaan tanpa pengawasan sama sekali ke luar kota, dan 3 hari kemudian kita hanya menerima laporan saja bahwa truk-truk tersebut sudah sampai tujuan dengan selamat tanpa kecelakaan sedikitpun.
Sejumlah nama besar di bidang Teknologi Informasi & otomotif; akan berada di garis depan otomatisasi transportasi dan juga bidang-bidang kehidupan lainnya.
Lalu apakah teknologi otomatisasi menurunkan derajat manusia? Tentu tidak. Toh otomatisasi juga diciptakan oleh manusia. Selain itu teknologi ini justru menyempurnakan apa yang selama ini menjadi kekurangan inheren manusia, yaitu akurasi, konsistensi, efisiensi dan efektivitas.
Demikian halnya dengan sektor-sektor lain diluar transportasi, otomatisasi juga sudah mulai menggantikan peran manusia. Salah satunya yang kini menonjol adalah di sektor perumahan & konstruksi. Terutama di kota-kota besar, teknologi Smart Home & Building Automation sudah menjadi tren yang semakin umum.
Mengapa hal ini mengemuka? Tidak lain adalah karena kemudahan, efisiensi dan efektivitas yang ditawarkan oleh teknologi Smart Home & Building Automation bagi para penggunanya.
Sering terjadi dimana ketika rumah ditinggalkan oleh pemiliknya ke luar kota atau ke luar negeri, sang pemilik rumah sama sekali tidak punya akses atau kontrol terhadap rumahnya. Bisa saja terjadi kebakaran atau pencurian terhadap rumahnya, dan dia sama sekali tidak mengetahuinya. Akhirnya sang pemilik harus menyewa tenaga keamanan untuk mengawasi rumahnya yang kosong. Namun apakah akurasi, konsistensi dan kejujuran mereka bisa selalu diandalkan? Tidak selalu.
Belum lagi urusan penggajian & tunjangan yang rumit bagi kebanyakan orang. Ini belum lagi jika yang dipercaya untuk menjaga keamanan, justru menjadi sumber ketidakamanan.
Ada lagi teknologi Smart Kitchen. Kulkas bisa mendeteksi barang-barang apa saja yang telah habis, berkurang atau masih ada. Kita hanya tinggal menerima laporan saja. Ini sangat berguna bagi restoran yang sering memproduksi makanan. Kelak tidak dibutuhkan lagi tenaga Purchasing terpisah hanya untuk melakukan pembelian bahan makanan yang sudah habis. Kelak teknologi ini semakin maju, ia akan terhubung ke sejumlah supermarket dan langsung menampilkan perbandingan harga di semua supermarket secara real time. Pemilik restoran hanya tinggal mengeksekusi pembelian saja. Ini tentunya akan memangkas banyak waktu yang dibutuhkan untuk pembelanjaan kebutuhan pokok.
Ya benar, tentu saja masih ada sejumlah hal yang belum bisa dilakukan oleh teknologi otomatisasi, robotik dan Internet of Things. Namun teknologinya terus berkembang pesat dan sangatlah mungkin jika di masa depan, seluruh aspek kehidupan hingga seluruh sudut rumah bisa benar-benar terkontrol lewat sistem ini.
Ancaman pengangguran tentu saja tidak terelakkan. Pekerjaan-pekerjaan dengan deskripsi tugas yang bersifat repetitif dan tidak membutuhkan kreativitas atau improvisasi; cepat atau lambat akan tergeser oleh semua teknologi otomatisasi ini.
Tugas kitalah sebagai manusia untuk menyikapi semua ini dengan tetap tenang dan bijaksana. Pilihlah keahlian yang tidak tergantikan oleh otomatisasi, dan fokuslah untuk mengasah keahlian tersebut hingga prima.
Kita tidak dapat menyalahkan pengusaha atau negara yang semakin tertarik dengan teknologi otomatisasi, karena begitu banyaknya kelebihan & kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi tersebut. Sebagai pribadi yang proaktif, bukan reaktif, marilah kita terus mengenali potensi-potensi dalam diri kita dan mengembangkannya dengan fokus yang baik. Karena itulah yang kelak akan membedakan manusia dari robot.
Beberapa tahun lalu, teknologi otomatisasi digambarkan sebagai teknologi yang benar-benar terpisah dari manusia sebagai pengendalinya. Namun seiring dengan kemajuan teknologi neurosains, robotik dan pemrograman Artificial Intelligence (AI); jarak antara manusia dengan teknologi otomatisasi semakin dekat, dengan format interaksi yang semakin halus & manusiawi. Teknologi otomatisasi semakin bisa menyesuaikan diri dengan karakter & kebutuhan manusia.
Saya pernah menonton Discovery Channel dan mendapati bahwa para ilmuwan di negara maju sudah bisa menciptakan robot kuda, robot ular, robot anjing dan robot-robot lainnya; dengan gerakan yang sudah sangat mendekati makhluk aslinya. Terutama ular, kita semua tahu bahwa ular termasuk hewan yang ajaib. Tidak memiliki kaki, tapi bisa berjalan cepat di tanah, bahkan bisa memanjat pohon. Ciptaan-ciptaan para ilmuwan tersebut tinggal dipoles dengan penampilan yang rupawan, maka jadilah robot yang sempurna. Dari mulai robot anjing yang dapat digunakan untuk menemani manusia, hingga robot ular yang banyak digunakan di kalangan militer.
Harga yang harus dibayar konsumen untuk menikmati teknologi otomatisasi pun semakin hari semakin murah, menjadi jauh lebih murah daripada memanfaatkan tenaga manusia. Kini semakin sedikit alasan manusia untuk tidak memanfaatkan kebaikan teknologi otomatisasi di sektor-sektor pekerjaan tertentu yang tingkat repetisinya tinggi, dan tidak membutuhkan kreativitas atau improvisasi yang tinggi.
Baiklah, mari kita akui. Melekat bersamaan dengan kedigdayaan manusia dengan akal budinya, adalah kelemahan inheren manusia itu sendiri. Manusia jelas butuh istirahat, bisa lelah, bisa ceroboh. Semakin tua umurnya maka semakin mahal biayanya dan berkurang pula efektivitasnya maupun efisiensinya. Bahkan ketika misalnya sedang sedih atau patah hati, manusia bisa membuat keputusan yang teramat salah, bahkan fatal akibatnya.
Foto Ilustrasi: 123RF |
Silakan Anda cari artikel-artikel yang memuat mengenai keberhasilan sebuah produsen truk yang memprakarsai perjalanan lintas-negara oleh beberapa truk yang beriringan tanpa pengemudi sama sekali, untuk melintasi beberapa negara bagian di Eropa. Ujicoba tersebut sukses sempurna tanpa cacat, tanpa tabrakan sama sekali. Dan yang terpenting, tanpa sopir sama sekali.
Sementara sudah terlalu banyak berita yang mewartakan kecelekaaan fatal yang diakibatkan oleh pengemudi ngantuk; atau pengemudi yang salah memperkirakan kemampuan kendaraannya dalam melahap tikungan tajam.
Cukup dari perbandingan dua artikel itu saja dapat terlihat bahwa manusia dengan segala kelebihan DAN kekurangannya, justru membutuhkan teknologi otomatisasi dan Internet of Things demi mengatasi atau melengkapi kelemahannya.
Adagium bahwa manusia adalah sempurna dan selalu superior diatas teknologi, tentu harus dikaji-ulang di era modern ini. Banyaknya korban jiwa akibat kelalaian manusia (human error), semakin memunculkan pentingnya aplikasi teknologi otomatisasi di banyak bidang yang menuntut akurasi tinggi & konsistensi tanpa henti.
Pada contoh kasus percobaan truk tanpa sopir di Eropa, terlihat jelas bahwa aplikasi & akurasi teknologi otomatisasi semakin sempurna dan dapat diandalkan. Tidak ada lagi alasan dimana akan terjadi kegagalan mesin / sistem. Tentu saja tetap dibutuhkan kehadiran manusia untuk memonitor kinerja teknologi tersebut. Namun jumlah manusia yang dibutuhkan semakin berkurang secara signifikan. Sebagai contoh perhitungannya: untuk 7 bis konvensional semestinya dibutuhkan 7 orang sopir dan 7 orang sopir cadangan. Namun dengan teknologi otomatisasi, cukup dibutuhkan 1 orang pengawas dari jauh lewat satelit dan protokol Internet of Things, untuk mengawasi 7 truk tanpa sopir tersebut selama perjalanannya.
Bahkan bukanlah hal mustahil jika di masa depan, tidak dibutuhkan manusia samasekali untuk mengawasi kinerja teknologi ini. Bisa saja suatu saat di masa depan, kita bisa mengirim 12 truk berjalan bersamaan tanpa pengawasan sama sekali ke luar kota, dan 3 hari kemudian kita hanya menerima laporan saja bahwa truk-truk tersebut sudah sampai tujuan dengan selamat tanpa kecelakaan sedikitpun.
Sejumlah nama besar di bidang Teknologi Informasi & otomotif; akan berada di garis depan otomatisasi transportasi dan juga bidang-bidang kehidupan lainnya.
Lalu apakah teknologi otomatisasi menurunkan derajat manusia? Tentu tidak. Toh otomatisasi juga diciptakan oleh manusia. Selain itu teknologi ini justru menyempurnakan apa yang selama ini menjadi kekurangan inheren manusia, yaitu akurasi, konsistensi, efisiensi dan efektivitas.
Demikian halnya dengan sektor-sektor lain diluar transportasi, otomatisasi juga sudah mulai menggantikan peran manusia. Salah satunya yang kini menonjol adalah di sektor perumahan & konstruksi. Terutama di kota-kota besar, teknologi Smart Home & Building Automation sudah menjadi tren yang semakin umum.
Mengapa hal ini mengemuka? Tidak lain adalah karena kemudahan, efisiensi dan efektivitas yang ditawarkan oleh teknologi Smart Home & Building Automation bagi para penggunanya.
Sering terjadi dimana ketika rumah ditinggalkan oleh pemiliknya ke luar kota atau ke luar negeri, sang pemilik rumah sama sekali tidak punya akses atau kontrol terhadap rumahnya. Bisa saja terjadi kebakaran atau pencurian terhadap rumahnya, dan dia sama sekali tidak mengetahuinya. Akhirnya sang pemilik harus menyewa tenaga keamanan untuk mengawasi rumahnya yang kosong. Namun apakah akurasi, konsistensi dan kejujuran mereka bisa selalu diandalkan? Tidak selalu.
Belum lagi urusan penggajian & tunjangan yang rumit bagi kebanyakan orang. Ini belum lagi jika yang dipercaya untuk menjaga keamanan, justru menjadi sumber ketidakamanan.
Ada lagi teknologi Smart Kitchen. Kulkas bisa mendeteksi barang-barang apa saja yang telah habis, berkurang atau masih ada. Kita hanya tinggal menerima laporan saja. Ini sangat berguna bagi restoran yang sering memproduksi makanan. Kelak tidak dibutuhkan lagi tenaga Purchasing terpisah hanya untuk melakukan pembelian bahan makanan yang sudah habis. Kelak teknologi ini semakin maju, ia akan terhubung ke sejumlah supermarket dan langsung menampilkan perbandingan harga di semua supermarket secara real time. Pemilik restoran hanya tinggal mengeksekusi pembelian saja. Ini tentunya akan memangkas banyak waktu yang dibutuhkan untuk pembelanjaan kebutuhan pokok.
Ya benar, tentu saja masih ada sejumlah hal yang belum bisa dilakukan oleh teknologi otomatisasi, robotik dan Internet of Things. Namun teknologinya terus berkembang pesat dan sangatlah mungkin jika di masa depan, seluruh aspek kehidupan hingga seluruh sudut rumah bisa benar-benar terkontrol lewat sistem ini.
Ancaman pengangguran tentu saja tidak terelakkan. Pekerjaan-pekerjaan dengan deskripsi tugas yang bersifat repetitif dan tidak membutuhkan kreativitas atau improvisasi; cepat atau lambat akan tergeser oleh semua teknologi otomatisasi ini.
Tugas kitalah sebagai manusia untuk menyikapi semua ini dengan tetap tenang dan bijaksana. Pilihlah keahlian yang tidak tergantikan oleh otomatisasi, dan fokuslah untuk mengasah keahlian tersebut hingga prima.
Kita tidak dapat menyalahkan pengusaha atau negara yang semakin tertarik dengan teknologi otomatisasi, karena begitu banyaknya kelebihan & kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi tersebut. Sebagai pribadi yang proaktif, bukan reaktif, marilah kita terus mengenali potensi-potensi dalam diri kita dan mengembangkannya dengan fokus yang baik. Karena itulah yang kelak akan membedakan manusia dari robot.
0 Response to "Otomatisasi yang Semakin tak Terelakkan"
Post a Comment