Simplify Our Life: FALL (F = Forgive Yourself)

Ada perbedaan besar antara sendiri (alone) dengan kesepian (lonely). Seseorang yang nyaman dengan dirinya sendiri atau sering disebut sebagai soliter, adalah mereka yang enjoy being alone, tanpa merasa canggung sedikitpun. Mereka tidak merasa kesepian kendatipun sedang sendiri. Mengapa demikian? Karena jiwa mereka terisi dengan pikiran-pikiran positif & nyaman tentang diri mereka sendiri. Nah, maksudnya ini bagaimana?

Sebenarnya ini topik sudah mengemuka sejak jaman saya sekolah. Saya sebagai orang yang soliter dan tidak canggung kemana-mana sendirian saja, seringkali banyak mendapat pertanyaan: Pete, gimana sih caranya supaya kita nyaman dengan diri kita sendiri? Nah, jaman dulu, saya belum bisa secara clear cut menjawab pertanyaan psikologis semacam ini. Tapi dengan bertambahnya umur saya, saya menyimpulkan bahwa ada 4 hal yang penting kita lakukan agar kita bisa nyaman dengan diri kita sendiri dahulu.

4 hal itu saya singkat kedalam istilah FALL agar lebih mudah diingat secara berurutan, yaitu:
  1. Forgive yourself. Ampuni diri kita sendiri terlebih dahulu.
  2. Accept yourself. Terimalah kelebihan & kekurangan diri kita.
  3. Love yourself. Kasihilah diri kita terlebih dahulu.
  4. Learn about yourself. Selalu galilah hal baru dari dalam diri kita.
Yuk kita bahas 4 hal dalam FALL ini dengan lebih mendetail... Namun agar lebih nyaman dibaca dan tidak terlalu panjang dalam satu artikel, FALL ini akan saya bagi kedalam empat artikel terpisah yang saling berkaitan. Artikel ini membahas huruf F terlebih dahulu.


Forgive Yourself: Ampuni Diri Kita Sendiri Terlebih Dahulu
Syarat utama kemajuan dalam diri kita, atau syarat utama terjadinya perubahan-perubahan positif dalam diri kita, adalah kesediaan diri kita untuk mengampuni diri kita sendiri terlebih dahulu. Maksudnya gimana ya? Mengampuni koq diri sendiri? Bukankah biasanya kita mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita?

Jangan salah... mengampuni pun bisa terjadi atas diri kita sendiri. Ini sering disebut juga sebagai membuang penyesalan dan luka batin ke tempat yang semestinya, dan meninggalkannya di belakang kehidupan kita.

Penyesalan, misalnya begini. Ketika kita sudah lepas dari pengasuhan orangtua, kehidupan kita tidak membaik, bahkan memburuk, contohnya secara ekonomi. Sehingga kehidupan sehari-hari kita susah, dan tidak dapat membalas budi orangtua kita. Ternyata hal ini berlanjut hingga orangtua kita sakit, lalu meninggal. Kita amat dalam menyesalinya bertahun-tahun, mengapa tidak sanggup mengurus orangtua kita di masa sulitnya, karena kesulitan ekonomi tersebut. Penyesalan itu terbawa bertahun-tahun, hingga berlanjut ke "penghukuman diri sendiri" bahwa kita adalah anak yang tidak berbakti pada orangtua.

Contoh berikutnya adalah misalnya ketika seorang ayah menyesal karena melewatkan masa kecil anak-anaknya, akibat terlalu sibuk bekerja keras selama masa-masa kemiskinan mereka.

Ilustrasi: Istimewa
Pembaca yang budiman... andaikata dunia ini begitu ideal, setiap orang pastilah ingin berbuat baik dan sudah pasti bisa berbuat baik. Andaikata dalam hidup ini tidak pernah ada masalah, sudah pasti kita dapat melaksanakan semua yang kita idamkan, semahal dan sesulit apapun itu. Tapi apakah hidup kita seindah dan sesederhana itu? TIDAK sama sekali.

Marilah kita tilik cerita para nabi. Apakah kehidupan mereka sempurna dan mereka suci? TIDAK. Tapi Tuhan memilih mereka untuk melaksanakan misi mulia bagi banyak orang di dunia ini.

Jadi ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, pasti atas seijin Yang Maha Kuasa. Saya di sini tidak sedang berusaha melarikan diri dari kenyataan dan melimpahkan kesalahan-kesalahan atau masalah dalam hidup saya pada Tuhan. Tapi marilah kita bersama menyadari, bahwa segala sesuatu dalam hidup ini, sudah ada yang mengaturnya, APAPUN keputusan yang kita ambil.

Jadi dengan berbekal kesadaran tersebut, marilah kita lebih berbesar hati untuk mengampuni diri kita sendiri terlebih dahulu, bahwa kita, manusia yang lemah dan serba terbatas ini, sungguh tidak berkuasa atas apapun, bahkan termasuk atas apa yang terjadi dalam perjalanan hidup kita sendiri.

Forgive yourself. Ampuni diri kira sendiri. Tuhan Maha Tahu dan Tuhan begitu besar kasih-Nya, sehingga Tuhan tahu bahwa kita selalu mengharapkan yang terbaik atas hidup kita dan atas hidup orang lain yang kita cintai. Namun Tuhan juga Maha Tahu bahwa manusia selalu dihimpit dengan keterbatasan, baik keterbatasan dari dirinya sendiri maupun keterbatasan apa yang ada di luar dirinya.

Menyesali sesuatu itu sah-sah saja, kita hanyalah manusia biasa. Justru penyesalan itu penting sebagai langkah pertama diri kita untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan, dan tidak lagi mengulanginya di masa depan. Tapi demi kebaikan kita bersama, jangan berlama-lama berada dalam penyesalan.

Menyesal, introspeksi, dan bangkit kembalilah untuk melangkah dan berlari.

Saya sebagai penggemar balapan motor MotoGP, sudah sering melihat pembalap yang mengalami kegagalan di balapan saat ini, hanya sedikit saja membicarakan kegagalannya. Mereka akan lebih banyak berbicara perihal potensi keberhasilan di sirkuit dan balapan selanjutnya. Mentalitas inilah yang seharusnya kita tiru.

Penyesalan, introspeksi dan evaluasi lebih tepat diarahkan pada internal diri kita. Diskusikanlah ini dengan orang-orang yang tepat, yang bisa melihat kesalahan-kesahalan itu sebagai poin-poin peluang bagi kita untuk maju dan menjadi lebih kuat. Bukannya mereka yang malah menghakimi kesalahan kita dan melemahkan mental atau daya juang kita kedepannya. Oleh sebab itu proses introspeksi dan evaluasi yang kita lakukan, akan lebih tepat jika tidak diumbar ke orang lain yang tidak berkontribusi bagi proses tersebut. Selain memang tidak perlu untuk dilakukan, juga akan menggangu fokus kita dalam proses koreksi kesalahan-kesalahan demi perbaikan di masa depan.

Dengan kita sudah mengampuni diri sendiri dan membuang semua luka batin ke belakang hidup kita, kita sudah banyak sekali menyederhanakan kerumitan-kerumitan dalam hidup kita. Untuk menjadi kuat, untuk menjadi pemenang, hidup kita harus kita jalani dengan sesederhana mungkin.

Yang saya maksudkan "sederhana" di sini adalah bukan dalam pengertian kita harus berpenampilan sederhana atau pura-pura terlihat tidak mampu di hadapan orang lain. Bukan itu konsep "sederhana" yang saya maksudkan, melainkan sederhana dalam cara berpikirnya, sederhana dalam kata-katanya, dan juga sederhana dalam tindakannya untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Prioritas tertinggi adalah membentuk cara berpikir yang sederhana terlebih dahulu, dengan membuang semua beban-beban dan kekuatiran yang tidak perlu. Beban penyesalan masa lalu, beban kekuatiran hari ini, dan beban ketakutan akan hari esok yang tidak pasti; semuanya harus kita buang atau kita atur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fokus kita dalam menjalani masa hidup kita saat ini.

Dengan cara berpikir yang sederhana, hampir bisa saya pastikan kata-kata hingga tindakan kita pun akan menjadi lebih sederhana.

Mayoritas orang di luar sana suka dengan orang yang cara berpikir, kata-katanya dan tindakannya sederhana.

Dengan kesederhanaan pada cara berpikir, kata-kata dan tindakan kita; kita bisa menjadi pribadi yang adaptif & fleksibel terhadap perubahan apapun yang terjadi diluar diri kita. Kita akan lebih mudah menyerap pengetahuan-pengetahuan baru yang datang kepada diri kita. Di jaman yang semakin gila ini, jauh lebih penting menjadi pribadi yang adaptif & fleksibel dalam menyikapi perubahan; ketimbang menjadi orang yang pintar atau kuat semata.

Semua itu pertama-tama didahului oleh pengampunan bagi diri kita sendiri terlebih dahulu, dari semua penyesalan & trauma masa lalu kita.

Pelari tercepat di dunia, tidak ada yang membawa beban. Pendaki puncak gunung tertinggi, meninggalkan tas terberatnya di base camp sebelum puncak gunung. Mobil dan motor balap dirancang dengan bobot seringan mungkin agar bisa melesat bak peluru. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Hidup ini sudah sedemikian rumit dan beratnya. Kasihan diri kita jika perjalanan hidup kita dibebani dengan penyesalan masa lalu yang masih terbawa hingga sekarang. Luka-luka masa lalu yang kita paksakan untuk terus kita bawa, hanya akan membebani dan melukai masa depan kita. Itu sudah pasti.

Inilah makna huruf F dari kata FALL. Untuk artikel selanjutnya yang membahas huruf A, silakan tuju ke artikel berikutnya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Simplify Our Life: FALL (F = Forgive Yourself)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel