Tiga Plus Dua Kata Terpenting

Dalam dunia komunikasi yang sangat luas, terdapat berbagai teori dan metode yang canggih agar antara satu manusia dengan manusia lainnya dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Namun jangan salah, sesungguhnya tidak perlu kita kuasai terlebih dahulu teori & metode komunikasi yang canggih tersebut, jika kita belum menguasai fundamental komunikasi yang paling penting dan paling universal; yang pada akhirnya membedakan mereka yang sukses dan yang gagal; mereka yang menjadi pemimpin dan pengikut; dan mereka yang bisa membawa hal signifikan bagi hidup orang lain dengan mereka yang selalu merasa bosan dengan hidupnya.

Apa yang saya sampaikan di sini sesungguhnya bukan hal yang benar-benar baru, namun sering terlupakan oleh kita semua, dan juga oleh orangtua yang berkewajiban menanamkan moral & pekerti luhur kepada anak-anaknya. Ini adalah tentang tiga kata yang sangat sederhana namun terbukti sangat efektif dalam mencegah atau menyelesaikan banyak kesulitan yang dialami oleh kebanyakan manusia.

Tiga kata tersebut adalah:
  1. Tolong (please / would you mind)
  2. Maaf / saya menyesal (sorry)
  3. Terima kasih (thank you)
Marilah kita bahas satu-persatu, agar para pembaca dapat memperoleh gambaran jelas mengenai tiga mantra sederhana ini.


Tolong / Please / Would You Mind

Jika kita mengharapkan orang lain untuk berpikir, berkata-kata atau bertindak sesuai dengan apa yang kita mau (atau minimal tidak menentang kita secara ekstrim), maka seyogianya kita menggunakan kata "tolong" untuk mendahului apa yang kita sampaikan kepada orang tersebut.

Memang benar bahwa penggunaan kata "tolong" akan membuat kalimat yang kita ucapkan lebih panjang. Selain itu kata "tolong" akan lebih efektif jika diucapkan dengan bahasa tubuh, ekspresi dan intonasi yang selaras dengan keinginan kita untuk meminta pertolongan dari seseorang.

Namun jangan salah... penggunaan kata "tolong" terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengaruh kita atas orang lain, dan juga menggerakkan orang lain dengan hati yang ikhlas agar berpikir, berkata dan bertindak sesuai dengan apa yang kita kehendaki.

Singkat kata, penggunaan kata "tolong" akan membuat kita sedikit repot di saat ini, namun itu merupakan investasi yang bagus bagi reputasi kita maupun untuk hubungan baik kita dengan banyak orang.
  • Contoh tidak sopan / merendahkan: pindahkan dus itu ke sana.
  • Contoh sopan: tolong pindahkan dus itu kesana.
Silakan praktekkan penggunaan kata "tolong" ini dalam percakapan sehari-hari kita. Lihatlah hasilnya. Akan banyak orang yang lebih menyukai komunikasi bersama kita, dan bersedia untuk melakukan apa yang kita kehendaki mereka lakukan.

Tanamkanlah penggunaan kata "tolong" kepada anak-anak kita sedari mereka kecil. Berikanlah alasan mengapa kita harus selalu menggunakan kata "tolong" dalam berhubungan dengan orang lain.

Sepengalaman saya dari anak-anak kawan-kawan saya yang terlihat kurang sopan, cukup banyak keluarga yang tidak atau telat menanamkan penggunaan kata "tolong" dalam percakapan sehari-hari anak-anaknya, dan itu membuat anak-anak mereka tampak tidak berbudaya dan tidak memiliki sopan-santun.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi, penggunaan kata "tolong" secara efektif akan menurunkan potensi perdebatan atau konflik secara signifikan. Tentunya ini akan bermanfaat bagi mereka yang kurang menyukai perdebatan atau pertengkaran. Tidak percaya? Coba saja.


Maaf / Saya Menyesal (Sorry)

Sebenarnya... sebenarnya... pertanda nyata kerendahan hati seseorang bukanlah sopan-santun sebagai yang utama, tetapi kemampuan untuk mengatakan maaf atau penyesalan secara tepat sesuai konteks situasi.

Maksudnya tepat sesuai konteks situasi adalah begini. Terlalu banyak mengucapkan maaf tidaklah baik bagi pergaulan & identitas diri kita. Itu menunjukkan kita sebagai pribadi yang rendah diri dan minder. Namun tidak pernah mengatakan maaf atau penyesalan, apalagi jika kita jelas-jelas bersalah, juga sama tidak baiknya. Itu mencerminkan kecongkakan kita betapapun sopan dan santunnya tindak-tanduk kita sehari-harinya.

Saya jauh lebih respek dengan mereka yang sehari-harinya berbicara lugas apa adanya, namun tahu kapan harus mengatakan maaf jika bersalah; ketimbang mereka yang santun, sopan dan lembut; tetapi tidak pernah bersedia mengatakan maaf atas kesalahan mereka.

Untuk beberapa jenis kepribadian, mengatakan maaf adalah pekerjaan tersulit dalam hidup mereka. Percayalah, akan banyak kerikil dalam perjalanan hidup orang-orang semacam itu. Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Karena saya pernah menjadi orang seperti itu.


Memang benar adanya, perjalanan hidup saya menjadi sulit, saya sulit menggerakkan hati & pikiran orang lain untuk mengikuti apa yang saya rencanakan, dan banyak orang yang akhirnya berusaha menjegal langkah-langkah saya.

Sudah banyak kegetiran dan kesukaran hidup yang pada akhirnya membentuk saya menjadi seperti sekarang ini. Kini saya tidak pernah terlalu pusing untuk mengatakan maaf jika memang salah, tanpa berhitung untung-ruginya bagi ego atau reputasi saya. Justru pada akhirnya permintaan maaf dari saya tersebutlah yang dapat menyelamatkan ego & reputasi saya secara jangka panjang.

Dalam beberapa peristiwa, saya bahkan tidak segan mengatakan maaf terlebih dahulu walaupun saya tidak bersalah, jika saya pandang ada hubungan penting jangka panjang dan berskala besar yang harus saya jaga.

Jangan salah ya... jika kita tidak bersalah tapi kita harus meminta maaf, tentunya itu dapat kita lakukan sejauh masalahnya memang bukan berakibat fatal atau mengandung unsur kriminal. Sejauh itu berharga untuk dilakukan demi sebuah hubungan baik, maka itu layak dilakukan.

Sedari kecil, ajarilah anak-anak kita betapa berharganya sebuah kerendahan hati. Ajarkanlah juga bahwa hanya kerendahan hatilah yang akan membawa kita ke tempat-tempat kehidupan yang terhormat. Mengatakaan maaf adalah salah satu gerbang kerendahan hati.

Di lini akhirnya, kemampuan untuk mengatakan maaf juga sama pentingnya dengan kemampuan memaafkan kesalahan seseorang. Mengenai hal ini, tentunya saya kembalikan lagi pada pribadi masing-masing, karena sifatnya yang sangat subjektif dan sangat kondisional. Saya hanya ingin mengatakan bahwa ketika kita mudah memaafkan & mengampuni kesalahan orang lain, kita akan lebih mudah berbahagia dan oleh karenanya, pikiran kita akan lebih mudah menangkap & mencerna wacana-wacana baru & bermanfaat yang datang dalam hidup kita.


Terima Kasih / Thank You

Banyak orang bijak berkata bahwa jika kita ingin menilai karakter sesungguhnya dari seseorang ketika berkuasa atau ketika sedang mengemban jabatan tinggi, lihatlah bagaimana dia memperlakukan orang-orang terlemah yang tidak berdaya dan tidak berkuasa apapun, baik kepada mereka yang ada didalam maupun diluar lingkaran organisasinya.

Berterimakasih atas apa yang telah orang lain lakukan, betapapun hal itu memang merupakan tugasnya atau rutinitasnya, adalah cermin sebentuk kerendahan hati kepada sesama manusia, apapun pekerjaan dan derajatnya.

Misalnya ada Office Boy di kantor kita yang telah bekerja keras untuk mengepel lantai, tidak ada salahnya sesekali berterimakasih padanya jika memang hasil kerjanya memuaskan, betapapun pekerjaannya itu memang wajib dia lakukan sebagai Office Boy.

Misalnya pekerjaannya kurang memuaskan, tetap berterimakasihlah kepadanya terlebih dahulu, lalu sampaikanlah harapan kita agar kualitas kerjanya meningkat. Contoh kalimatnya: "Saya berterimakasih atas kerja keras kamu untuk membersihkan gedung ini. Nah, seterusnya, tolong perhatikan juga beberapa sudut ruangan ya, karena mungkin saja kamu lupa mengepelnya. Harus bersih hingga ke sudut ruangan. Terima kasih."

Berterimakasih juga penting untuk menjaga spirit orang lain dalam melaksanakan pekerjaannya. Misalnya anak buah kita telah bekerja dengan baik & tepat waktu, samasekali tidak ada salahnya untuk berterimakasih kepadanya dan memberinya penghargaan, walaupun berupa kata-kata saja. Seringkali itu sudah lebih dari cukup untuk dapat memelihara semangat kerja seseorang, atau kekompakan tim.


Sinergi Ketiga Kata Dalam Satu Kalimat

Ketiga kata tersebut tidaklah mutlak harus selalu berdiri sendiri. Jika kita menghadapi situasi dimana kita harus bersikap dan berkata sangat sangat sopan, kita bisa mensinergikan ketiga kata tersebut kedalam satu kalimat yang kita katakan kepada seseorang.

Contoh kalimatnya misalnya seperti ini: "Maaf Pak, saya bermaksud minta tolong agar Bapak menggeser mobil Bapak yang menghalangi mobil saya di parkiran. Terima kasih ya Pak."

Biasanya kita gunakan kalimat ekstra-sopan seperti ini ketika menghadapi orang tua, orang asing atau ketika kita berada ditengah adat-istiadat yang menjunjung tinggi kesopanan antar-manusia.

Kalimatnya panjang? Malas? Ayolah... Jika menambah ekstra beberapa kata saja malas, bagaimana kita akan menangani tanggungjawab yang lebih besar dalam hidup ini?

Selain itu saya tetap lebih memilih berpanjang-kata dengan orang asing, tapi kelanjutannya saya akan memetik kebaikan dari interaksi tersebut. Daripada saya menghemat kata seadanya, namun apa yang saya harapkan dari orang tersebut tidak tercapai.

Bagaimana halnya jika kita sudah super-sopan, tapi reaksi dari lawan bicara kita tidak baik atau tidak sopan? Ya tidak masalah toh, yang penting kita sudah lakukan yang terbaik untuk berusaha sopan. Itu adalah masalah yang bersangkutan, bukan masalah kita.

Berarti ada yang salah dalam diri orang tersebut, bukan kita. Dari kitanya sendiri haruslah teguh dengan standar etika dan pekerti umum, kepada siapapun dan kapanpun, karena itu berarti sudah menjadi bagian dari karakter dan kepribadian kita.

Kerendahan hati, kesopanan dan kesantunan yang otentik; sudah seharusnya menjadi identitas kita sepanjang hidup kita.


Dua Kata Lagi

Sebenarnya, selain 3 kata diatas yang telah saya jelaskan sebelumnya, ada dua kata lagi yang saya pikir sangat layak untuk kita tanamkan terus dalam benak & hati anak-anak kita. Kedua kata tersebut adalah:
  1. Aku sayang / cinta / peduli pada kamu (I love you, I care about you)
  2. Mengapa tidak? (why not)
Dua kata ini adalah mantera yang saya terus tanamkan pada anak-anak saya, dan tentunya sudah jauh hari saya coba terlebih dahulu untuk saya terapkan dalam keseharian saya.


Aku Sayang / Cinta / Peduli Pada Kamu (I Love You, I Care About You)

Saya kadang heran dengan mereka yang masih berpikir bahwa kata-kata penuh kasih sayang adalah tidak penting. Mereka biasanya menyandarkan dalil mereka pada sebuah anggapan bahwa jika kita sudah berbuat sebaik-baiknya secara nyata untuk mengungkapkan rasa sayang kita pada seseorang, maka kata-kata menjadi tidak penting lagi.

Apakah benar demikian adanya? Saya pastikan: TIDAK.

Dengan kata lain, kata-kata adalah sama pentingnya dengan perbuatan itu sendiri. Saya tekankan sekali lagi, sama pentingnya. Bahasanya Bung Karno sih, kita seharusnya banyak bekerja dan juga banyak bicara. Banyak bicara di sini tentunya bukanlah mengenai hal negatif semisal omong kosong atau membual. Tapi dalam banyak hal, komunikasi itu sangatlah penting. Jika kita telah mengerjakan sesuatu yang baik, tidak ada salahnya kita bagikan informasi tersebut kepada banyak orang dengan bahasa yang baik dan tepat.

Tujuannya bukanlah pamer, melainkan menginspirasi dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama, atau bahkan lebih baik. Hanya dengan demikianlah, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk kita tinggali.

Dalam skala yang lebih mikro atau domestik, sebenarnya sama saja. Misalnya kita telah memberikan segalanya kepada istri kita tanpa kekurangan suatu apapun, dari mulai kekayaan, perilaku baik, pekerjaan stabil, dan lain-lain yang merupakan norma ideal banyak orang; lantas apakah kata-kata sederhana "aku sayang kamu" kepada pasangan kita menjadi tidak penting lagi?

Kata-kata sederhana itu tetaplah penting, sepenting cara mengatakan kita pada pasangan kita dengan sepenuh hati dan kesungguhan, dengan hangat dan penuh kasih.

Manusia dikaruniai panca indera. Mayoritas orang tidak memiliki indera keenam atau kemampuan cenayang. Jadi mayoritas orang tidak bisa menebak isi hati atau pikiran kita dari jauh. Sehingga dengan demikian, mengkomunikasikan isi pikiran atau hati kita dengan cara-cara yang baik dan tepat, sangatlah penting.

Jika dalam kondisi sukses sempurna saja kata-kata penuh kasih tetaplah sangat kita ungkapkan kepada pasangan kita, apalagi jika kita berada dalam kondisi masih susah, masih berjuang dan masih merintis kehidupan bersama. Disaat-saat penuh kesukaran tersebut, tidak ada penghiburan & penguatan yang lain selain kata-kata penuh kasih yang kita ungkapkan dengan segenap ketulusan dan kesungguhan hati, dan dengan cara-cara yang baik & tepat.

Satu kenyataan yang tak terbantahkan adalah bahwa semua orang sukses di dunia ini, yang suksesnya memang benar-benar sukses lewat membantu banyak orang, adalah komunikator yang baik & efektif. Mereka membangun jaringan dan sinergi dengan banyak sekali orang yang mereka bantu, lewat komunikasi yang baik & efektif.

Jadi dengan demikian, sangat tidak ada salahnya untuk berpikir bahwa kata-kata yang penuh kasih, sama pentingnya dengan perbuatan kasih itu sendiri. Karena kata-kata penuh kasih yang kita ucapkan bisa sedemikian menguatkan hati orang lain dan membuat mereka kembali tegak berdiri.

Selalu ajarkanlah anak-anak kita untuk berani mengekspresikan isi hati dan pikiran mereka, dengan bahasa yang baik & tepat. Bahkan walaupun itu emosi negatif sekalipun semisal kemarahan atau kesedihan, selalu doronglah mereka untuk secara leluasa mengungkapkan atau mengekspresikannya, tanpa perlu merasa ditekan dengan norma atau moralitas tertentu. Yang penting ajarkan juga bagaimana mengungkapkan atau mengekspresikan itu dengan cara yang baik dan tepat.

Sudah banyak kejadian nyata terjadi dimana kesalahpahaman terjadi hanya karena seseorang tampak sangat datar dan diam saja terhadap apapun yang terjadi didepannya; seolah ia tidak memiliki cukup nalar, kecerdasan emosional dan nurani untuk menanggapi apa yang terjadi di sekitarnya. Janganlah sampai pasangan dan anak-anak kita menganggap kita seperti itu. Percayalah dengan saya, hal itu berbahaya untuk hubungan jangka panjang dan kualitas hidup.


Mengapa Tidak? (Why Not)

Ini adalah pertanyaan yang biasanya sering diajukan oleh seorang entrepeneur kepada dirinya sendiri ataupun tim kerjanya.

Pertanyaan "mengapa tidak?" mengindikasikan kemauan seseorang untuk mencoba hal-hal baru & asing yang sebelumnya belum pernah ia lakukan. Bahasa sederhananya, "just do it" dulu aja, kita coba dulu saja hal tersebut, barulah kita bisa mengevaluasi hasilnya, apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang cocok kita lakukan atau tidak.

Tentu saja pertanyaan "mengapa tidak?" ini bukanlah sebuah pertanyaan yang berdiri sendiri begitu saja tanpa didahului oleh bekerjanya analisa dan akal sehat kita terhadap subjek yang sedang kita selidiki. Dengan kata lain, kemampuan untuk mengatakan "mengapa tidak?" harus dibarengi dengan kemampuan yang sama baiknya untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang memang tidak dimaksudkan untuk hidup kita, pada hal-hal yang dipastikan akan menjerumuskan kita kedalam sesuatu yang negatif, misalnya narkoba, perbuatan kriminal, perbuatan asusila, dan lain sebagainya.

Jika subjek yang telah kita selidiki tersebut telah melalui serangkaian proses analisa & berpikir yang baik dan matang, dan kita memang memiliki sumberdaya untuk melakukannya, maka pertanyaan "why not?" ini menjadi bermakna penuh.

Kalaupun hal tersebut dapat kita lakukan hingga berhasil, tentu kita akan mendapatkan hasilnya. Kalaupun gagal, kita akan mendapatkan sejumlah pelajaran penting. Itulah prinsip entrepreneur dan orang-orang sukses lainnya di posisi apapun mereka berada.

Tentunya pertanyaan ini bisa berlaku juga misalnya bagi karyawan. Misalnya karyawan tersebut masih belum menikah dan dia ditawari untuk ditempatkan di cabang luar kota dengan gaji yang lebih baik, ya mengapa tidak? Mudahnya kita beradaptasi pada penugasan-penugasan kantor merupakan bekal terpenting menuju kenaikan pangkat & jabatan. Baik perusahaan swasta maupun pemerintah melakukan hal yang sama, rotasi & mutasi penugasan. Jika kita tidak terbiasa dengan pertanyaan "why not?", biasanya karir kita akan mandeg.

Demikian juga dengan misalnya juru masak. Menu-menu baru dan metode-metode memasak baru, pastinya ditemukan awalnya dari pertanyaan "why not?".

Demikian juga dengan penemuan-penemuan besar di dunia ini. Semuanya diawali dengan kata "why not?" terlebih dahulu, dan juga pertanyaan yang sama dalam proses jatuh-bangunnya orang tersebut dalam menemukan inovasi-inovasi terbaik bagi dunia.

Bangkit satu kali lebih banyak dari gagalnya, juga pastinya dimotivasi oleh pertanyaan "why not?". Mengapa tidak, kita berusaha lagi? Mengapa tidak, kita bangkit lagi? Siapa tahu kali ini kita bisa menemui keberhasilan kecil yang akan menuntun kita menuju keberhasilan berikutnya yang lebih besar.


Penutup & Kesimpulan Akhir

Sangat saya sarankan agar kita semua berusaha menanamkan pentingnya kelima kata ini kepada anak-anak kita sedari kecil. Dengan kelima kata ini, kebaikan dan kerendahan hati yang selama ini telah kita jalankan, bisa terpancar bagi orang lain.

Hanya dengan kerendahan hati, hidup kita akan dimuliakan. Tuhan akan memberikan jalan kehidupan yang lebih mudah kita tempuh, seiring dengan kerendahan hati kita semua yang juga terpancar dari kata-kata yang kita ucapkan sehari-harinya.

Kerendahan hati juga selalu memungkinkan terjadinya sinergi-sinergi kehidupan terbaik bersama orang-orang lain, bahkan yang tadinya tidak kita kenal sekalipun.

Marilah kita lebih rendah hati, lebih bersahaja, dan lebih mudah untuk bersinergi dengan orang lain.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tiga Plus Dua Kata Terpenting"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel