Simplify Our Life: FALL (L1 = Love Yourself)

Setelah di dua artikel sebelumnya saya membahas kepanjangan dari FALL yaitu huruf F (Forgive Yourself) dan A (Accept Yourself), di artikel ketiga ini saya akan membahas mengenai L (huruf ketiga dari FALL) yaitu Love Yourself. Definisi Love Yourself dalam konteks artikel ini adalah: Kasihilah diri kita sendiri terlebih dahulu. Cintailah diri kita sendiri terlebih dahulu. Setelah demikian, barulah kita dapat mengasihi, mencintai dan memberi arti bagi kehidupan orang lain.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, dan agar kita jangan salah paham, bahwa definisi mencintai atau mengasihi diri sendiri TIDAKLAH SAMA dengan definisi narsistik, egosentris atau egomaniak. Marilah kita bedah terlebih dahulu perbedaan istilah-istilah tersebut.

Narsistik: memandang diri sendiri secara berlebihan untuk kemudian memamerkannya, biasanya dalam hal fisik atau intelijensi. Misalnya: pamer berlebihan di Social Media lewat sangat seringnya posting konten tentang dirinya. Bisa saja pamer berlebihan bentuk bodi yang aduhai, fisik yang rupawan, anak-anak yang hebat, harta yang mentereng, perjalanan yang dia lakukan, atau pencapaian prestasinya. Orang yang narsistik selalu mengharapkan pujian dari orang-orang di sekitarnya. Mereka senang sekali bila dipuji-puji, bahkan jika pujian itu palsu sekalipun. Orang yang narsistik biasanya senang juga dijilat.

Sikap narsistik dalam bentuk yang paling ringan biasanya adalah dalam hal ucapan selamat ulangtahun. Mereka yang memiliki bakat atau kecenderungan narsistik, biasanya sangat mengharapkan diselamati oleh sebanyak-banyaknya orang ketika mereka berulangtahun. Biasanya ini terjadi di WhatsApp Group yang antara satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal. Mereka yang berkecenderungan narsistik (padahal bukan pejabat atau selebriti), biasanya senang sekali mendapatkan banyak ucapan selamat ulangtahun dari anggota grup tersebut, betapapun ucapan tersebut datang dari hasil Copy-Paste ucapan anggota grup lain, dan diucapkan oleh mereka yang tidak mengenal kita, hanya karena tidak enak melihat anggota grup yang lain mengucapkan selamat ulangtahun pada kita.

Alhasil, percakapan di grup WhatsApp tersebut 90% hanya teks Copy-Paste tanpa makna, hanya sekedar ucapan ulangtahun basa-basi. Tapi bagi mereka yang berkecenderungan narsistik, hal itu tetaplah menyenangkan. Nah, orang narsistik pun biasanya "malas", dan membalas semua ucapan tersebut misalnya dengan sesingkat "For all, thanks yaaa..." Dengan kata lain, mereka hanya merasa senang saja ada keramaian yang mengerubungi dirinya. Setelah puas, ya sudah, berterimakasih sekedarnya saja. Yang lebih parahnya, ada saja yang tidak menanggapi samasekali.

Mereka yang "sudah rampung & tuntas dengan dirinya dan kehidupannya", biasanya tidak membutuhkan instrumen-instrumen sosial yang semu dan narsistik semacam itu. Salah satu ciri utama orang semacam ini biasanya mereka menyembunyikan tanggal ulangtahun mereka, karena mereka melihat itu sebagai hal yang sangat sekunder bagi kebahagiaan dan kepuasan hidup mereka. Sehingga siapapun yang mengucapkan selamat ulangtahun pada mereka, adalah mereka yang benar-benar memang mengingatnya dan berusaha mengucapkannya dengan kesungguhan yang tulus, secara personal; bukan hanya sekedar gaduh di Social Media atau WhatsApp Group. Ini jauh lebih berarti dan bermakna. Mereka yang menyukai kesungguhan dalam pengucapan selamat ulangtahun, biasanya meluangkan waktu dan tenaga untuk membalas satu-persatu ucapan tersebut kepada pengucapnya, atau menyebut nama pengucapnya satu-persatu ketika mengucapkan terima kasih.

Egosentris: tingkatan yang lebih tinggi dari egois. Egois itu sendiri artinya memikirkan diri sendiri. Nah, mengapa saya tidak membahas definisi egois terlebih dahulu, tapi langsung membahas definisi egosentris? Karena dalam banyak hal, sangatlah manusiawi dan wajar-wajar saya jika sesekali kita memikirkan atau bahkan mengutamakan diri kita sendiri. Perbuatan yang tidak terpuji adalah ketika kita sudah terlalu sering memikirkan diri sendiri dan selalu mengesampingkan kepentingan orang lain, atau bahkan banyak mengorbankan kehidupan orang lain. Hal-hal merugikan semacam inilah yang tepat disebut sebagai perilaku egosentris.

Egomaniak: fasisme akan diri sendiri. Egomaniak adalah egosentris dalam tingkatan yang akut dan sudah tidak dapat lagi diingatkan oleh orang lain untuk kembali ke perilaku yang normal. Contoh seorang pengidap egomaniak adalah Adolf Hitler. Kecintaan berlebihan akan dirinya sendiri, bangsanya dan kedudukannya; membuatnya tidak segan melakukan kekejian yang melewati batas kemanusiaan, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Dengan memahami perbedaan definisi mencintai & mengasihi diri sendiri, egois, narsistik, egosentris dan egomaniak; saya yakin pembaca sudah mulai paham dengan dimensi pembicaraan saya ini.

Mencintai & mengasihi diri kita sendiri adalah bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri, baik ketika kita berada di hadapan orang lain maupun ketika kita sedang sendiri.

Sumber gambar ilustrasi: Istimewa
Ketika kita berada di hadapan orang lain, sangatlah penting untuk senantiasa memperhatikan penampilan kita, ucapan kita dan juga tindakan-tindakan kita. Memperhatikan penampilan bukanlah berarti kita harus bermewah-mewah di hadapan orang lain, melainkan pakailah segala sesuatunya yang wajar & pantas saja. Yang penting rapi, sopan dan membuat kita nyaman menggunakannya. Memperhatikan ucapan kita, sudah jelas. Katakanlah segala sesuatunya dengan baik, sopan, tegas dan dengan pengucapan yang jelas; tentunya hanya hal-hal yang penting untuk dikatakan saja. Memperhatikan tindakan kita, sudah pasti sangatlah penting. Jangan sampai tindakan kita dinilai tidak baik dan juga berakibat tidak baik bagi keberadaan kita ditengah masyarakat.

Ketika kita sedang sendiri, apa yang kita katakan kepada diri kita sendiri melalui alam bawah sadar kita, adalah yang kelak akan mempengaruhi perjalanan hidup kita. Misalnya, kita baru saja gagal berbisnis, perasaan kita pun sangat terkoyak. Beberapa saat lamanya, kita selalu berpikir dalam hati bahwa kita adalah orang yang gagal, tidak bisa sukses, tidak ditakdirkan untuk sejahtera, dan masih banyak lagi suara hati yang negatif terhadap diri sendiri.

Jika itu berlangsung beberapa saat saja, saya bisa katakan masih manusiawi. Namun jika itu kita lakukan seumur hidup kita, saya menyebutnya sebagai membenci diri sendiri. Kurt Cobain, vokalis band Nirvana, pernah berkata: I hate myself and I want to die. Bagi saya ini adalah ungkapan yang teramat tajam dari kebencian terhadap sosok diri sendiri. Sangatlah berbahaya untuk menjalani hidup kita dengan kebencian terhadap diri kita sendiri, karena selain dapat menyeret hidup kita ke dasar jurang kesengsaraan, seringkali orang lain juga bisa menjadi korban. Contohnya, pasangan kita dan anak-anak kita. Orangtua yang tidak mengasihi dirinya sendiri, bisa dipastikan sulit memberikan kasih sayang yang semestinya kepada pasangan dan anak-anak mereka.

Sebaliknya, jika kita mencintai diri sendiri, kita akan menghiasi alam bawah sadar dan nurani kita dengan dorongan-dorongan yang positif, betapapun kita sedang berada dalam kegagalan. Misalnya, seseorang yang baru saja bercerai dari pasangannya. Untuk beberapa saat lamanya, wajar saja jika perasaan keduanya hancur. Namun di tahun-tahun mendatang, jika mereka mencintai dirinya sendiri, katakanlah pada diri sendiri bahwa mereka layak berbahagia, mereka akan meneruskan hidup yang berharga ini, dan mereka akan menemukan orang-orang yang bisa mereka bahagiakan dan juga yang bisa membahagiakan mereka.

Misalnya, seseorang yang baru saja dipecat dari kantornya karena perusahaannya bangkrut. Mereka yang membenci dirinya sendiri akan terus mengatakan pada nuraninya bahwa mereka adalah pekerja yang gagal. Mereka yang mencintai diri mereka sendiri akan sejenak jatuh untuk kemudian bangkit lagi dan terus berkata pada nuraninya bahwa "saya adalah orang sukses" atau "saya mau tetap berkarya bagi masyarakat".

Itu tadi adalah wujud yang tidak kasat mata dari mengasihi diri kita sendiri. Nah, salah satu wujud kasat mata lainnya dari mencintai & menghargai diri kita sendiri adalah dengan menjalani kehidupan yang seimbang. Contohnya dalam hal tidur & kesehatan. Tidurlah dengan cukup, makan dan minum yang sehat & seimbang, dan teratur berolahraga. Maka tubuh pun akan sehat, pikiran otomatis akan menjadi positif, dan kita pun akan menjadi pribadi yang produktif dan dicintai oleh banyak orang.

Demikian juga dengan kehidupan spiritual kita, harus seimbang. Saya di sini sedang membicarakan kehidupan spiritual, BUKAN agama.

Mengapa bukan agama semata? Karena agama hanyalah salah satu komponen keseimbangan spiritual kita. Berbicara tentang spiritualitas, berarti berbicara tentang sebuah gambaran besar yang utuh tentang diri seorang manusia, the big picture. Sedangkan agama itu bersifat lebih mikro atau subordinat daripada spiritualitas. Coba saja kita lihat diluar sana, mereka yang fanatik terhadap agamanya dan kemudian menjadi ekstrimis. Apakah kehidupan spiritual mereka baik? Jelas tidak.

Kehidupan spiritual yang baik & seimbang adalah ketika kita bisa sepenuhnya menyaring & melakukan interpretasi dengan akal sehat atas ajaran agama yang kita yakini, untuk kemudian kita laksanakan semua ajaran positifnya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Inilah spiritualitas yang baik & seimbang, dan inilah yang merupakan wujud nyata dari bagaimana kita mengasihi & mencintai diri kita sendiri terlebih dahulu.

Inilah Love Yourself, yaitu huruf L pertama dari kata FALL. F adalah Forgive Yourself dan telah saya bicarakan di artikel ini, A adalah Accept Yourself dan telah saya bicarakan di artikel ini, L pertama telah selesai saya bicarakan di artikel ini; maka tibalah kita pada L yang kedua atau terakhir, yaitu Learn About Yourself, yang dapat kita serapi dari artikel selanjutnya di sini.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Simplify Our Life: FALL (L1 = Love Yourself)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel